Hati itu terkadang seperti baja, maka jangan digergaji, dikapak ataupun di palu…
Alkisah
suatu ketika, Kapak, Gergaji, Palu, dan Nyala Api sedang mengadakan
perjalanan bersama-sama. Di suatu tempat, perjalanan mereka terhenti
karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalanan.
Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan yang mereka
miliki masing-masing.
“Itu
bisa Aku singkirkan,” kata Kapak. Pukulan-pukulannya keras sekali
menghantam baja yang kuat dan keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya
membuat kapak itu lebih tumpul sendiri sampai ia berhenti.
“Sini,
biar aku yang urus,” kata Gergaji. Dengan gigi yang tajam tanpa
perasaan, ia pun mulai menggergaji. Tapi kaget dan kecewa ia, semua
giginya jadi tumpul dan rontok.
“Apa
kubilang,” kata Palu, “Kan aku sudah omong, kalian tidak bisa. Sini,
sini aku tunjukkan caranya.” Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya
terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah.
“Boleh
aku coba?” tanya Nyala Api. Dan ia pun melingkarkan diri, dengan lembut
menggeluti, memeluk, dan mendekapnya erat-erat tanpa mau melepaskannya.
Baja yang keras itu pun akhirnya meleleh dan cair…
Comments[ 0 ]
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.